Islam mengajarkan konsep quality control
kehidupan yang paling dahsyat dan menyediakan alat pengukur tercanggih.
Pelaksanaan quality control yang tekun akan menghasilkan pribadi muslim yang
tanguh dengan kesuksesan sejati. Setiap akhir tahun kita harus melakukan
evaluasi, membuat resolusi dan mengira setahun kedepan akan kita isi hanya
dengan hal-hal positif.
Namun proses evaluasi mana yang lebih
canggih daripada perintah Allah yang satu ini : Yang artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada
Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk
hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS.Al Hasyr : 18).
Allah tidak memerintahkan kita untuk
mengevaluasi diri dan kehidupan kita untuk satu tahun kedepan, tetapi untuk
sebuah kehidupan abadi yang baik buruknya ditentukan oleh baik buruknya
kehidupan kita saat ini. Yang luar bisaa adalah kita tidak tahu kapan akan kita
mulai kehidupan abadi itu ?.
Teori manajemen diri dan perusahaan mana
yang mengajarkan evaluasi dan performance appraisal 5 kali sehari, sebagai alat
quality control. Islam memberi kita konsep evaluasi diri dan quality control
paling baik yang apabila dilaksanakan akan membentuk pribadi professional dan
highly effective karena selalu menyesali semua kesalahan dan bergegas memberi
yang terbaik dari dirinya.
Seorang muslim setiap waktu wajib untuk
bertaubat dan bermuhasabah. Taubat ialah meninjau perbuatan dengan menyesalinya
setelah dikerjakan. Allah berfirman ”Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa
bila mereka ditimpa was-was dari setan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika
itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya (QS. Al Araf : 201).
Hisab akan terasa ringan bagi orang yang
menghisab diri mereka didunia, dan akan menjadi berat di akherat bagi orang
yang mengambil perkara ini tanpa muhasabah. Allah berfirman yang artinya : ”Aku bersumpah dengan hari kiamat dan aku bersumpah
dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri)” (QS. Al Qiyamah 1-2).
Lalu mengapa orang yang berakal tidak
mau untuk menghisab dirinya sendiri
menyangkut kesengsaraaan atau kebahagiaan selama-lamanya. Pengabaiak ini tak
lain karena kelalaian, kehinaan dan sedikitnya taufik dari Allah.
Modal seorang hamba Allah dalam agamanya
adalah berbagai kewajiban, keuntungannya adalah berbagai amal sunnah dan
keutamaan, sedangkan kerugiannya adalah berbagai kemaksiatan. Jika ada amal
yang ditunaikan kurang sempurna maka ia akan menutupinya dengan berbagai amalan
sunnah, jika mekalukan maksiat maka ia sibuk memberi hukuman pada dirinnya.
Hendaknya manusia menghisab dirinya sebelum Allah melakukannya di hari pembalasan
nanti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar