Rabu, 26 Februari 2014

KETIKA KHUSYU' MENYAPA




Sholat yang khusyu’ adalah sholat yang diterima Alalh dan didabakan mereka yang menegakkannya. Ada sebagian dari kita mengatakan bahwa agaknya mustahil mencapai kekhusyuan yang sempurna.
Firman Allah dalam Surat Al Mu’minun 1-2 :
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam salatnya”.


Dekonsentrasi, bukan konsentrasi


Sholat khusyu adalah media menggapai ampunan Allah. Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata : Suatu hari Rasulullah saw. mengimami salat kami. Usai salat beliau bersabda: Hai fulan, mengapa engkau tidak membaguskan salatmu? Tidakkah orang yang salat merenungkan bagaimana salatnya? Sesungguhnya ia salat untuk dirinya sendiri. Demi Allah, sungguh aku dapat melihat belakangku, sebagaimana aku melihat depanku. (Shahih Muslim No.642)
Selama ini para ustadz, da’i dan mubaligh menawarkan cara khusyu’ dengan upaya konsentrasi (pemusatan pikiran pada satu titik). Niasanya meski sudah mencapai konsentrasi ditengah-tengah sholat pikiran dan hati kita kembali melayang memikirkan perkara-perkara yang menjadi beban.
Kebalikan dari pendapat umum, Abu Sangkan yang bernama asli Salim Bahreisy mengatakan tak perlu konsentrasi untuk mencapai kekhusyu’an tetapi yang benar adalah dekonsentrasi.
Lebih lanjut menurut da’I lulusan IAIN Syarif Hidayatullah jurusan Aqidah Filsafat ini menerangkan bahwa dekonsentrasi itu bermakna berserah diri. Artinya dalam sholat seseorang harus memasrahkan fisik dan hatinya kepada Sang Pencipta. Dalam sholat kita harus menihilkan apa yang kita miliki (Zero Mind) bahwa kita tidak punya keinginan apapun kecuali menyembah kepada Allah.



Dekonsentrasi seorang muslim yang sholat biasanya juga memasrahkan gerakan tubuhnya. Pada saat kondisi pasrah maka  darah mengalir dengan lancar dan otot serta syaraf dapat rileks.
Abu Sangkan menjelaskan dekonsentrasi  disebut juga ikhlas, dimana sholat berfungsi sebagai proses relaksasi, ketika anggota tubuh dikendurkan sehingga muncul sensasi ketenangan. Suasana dekonsentrasilah yang membuat ilham (insight) dan berbagai solusi persoalan hidup menghampiri, sehingga sholat menjadi sarana problem solving.
Ketika dekonsentrasi hadir maka timbul rasa tersambung (connecting) pada diri orang yang tengah sholat terhadap Allah. Pada titik inilah benih-benih kekhusyu’an mulai menyelimuti diri.
Jika rasa sambung ini sudah ada dalam diri seseorang, maka dia akan merasa dingin dan tenang di hati. Kalbunya bergetar, setelah itu air matanya akan mengalir tak terasa. Sensasi dalam suasana rasa sambung inilah yang membuat sholat seseorang bias berjam-jam seperti yang dilakukan Rasulullah dan para sahabat.


Tu'maninah kunci kekhusyuan


Kita kerap lupa dengan tuma’ninah, akibatnya sholat kita bias secepat kilat. PAdahal keharusan mencapai tuma’ninah adalah salah satu kunci menjaga sambungan yang telah kita buat dengan Allah. ”Adakah seorang kekasih yang ingin cepat berpisah dengan kekasih hatinya ? tentulah tidak. Begitu pula dengan sholat. Alangkah ruginya kita tidak memanfaatkan masa dimana Allah menyediakan waktu untuk kita dan Allah berduaan namun kita terburu-buru pergi karena urusan dunia   
Orang yang sholat dengan tenang dan rileks akan menghasilkan energi tambahan dalam tubuhnya. Bacaan dan gerakan sholat yang tuma’ninah mengandung efek terapetik, yakni menenangkan lahir dan batin kita. Karenanya mulai sekarang mari kita perbaiki sholat kita untuk mencapai hikmah terbesar dari sholat.   



Tidak ada komentar:

Posting Komentar