Sholat yang khusyu’ adalah sholat yang
diterima Alalh dan didabakan mereka yang menegakkannya. Ada sebagian dari kita
mengatakan bahwa agaknya mustahil mencapai kekhusyuan yang sempurna.
Firman Allah dalam Surat Al Mu’minun 1-2 :
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu)
orang-orang yang khusyuk dalam salatnya”.
Dekonsentrasi, bukan konsentrasi
Sholat khusyu adalah media menggapai
ampunan Allah. Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata : Suatu hari
Rasulullah saw. mengimami salat kami. Usai salat beliau bersabda: Hai fulan,
mengapa engkau tidak membaguskan salatmu? Tidakkah orang yang salat merenungkan
bagaimana salatnya? Sesungguhnya ia salat untuk dirinya sendiri. Demi Allah,
sungguh aku dapat melihat belakangku, sebagaimana aku melihat depanku. (Shahih
Muslim No.642)
Selama ini para ustadz, da’i dan mubaligh
menawarkan cara khusyu’ dengan upaya konsentrasi (pemusatan pikiran pada satu
titik). Niasanya meski sudah mencapai konsentrasi ditengah-tengah sholat
pikiran dan hati kita kembali melayang memikirkan perkara-perkara yang menjadi
beban.
Kebalikan dari pendapat umum, Abu Sangkan
yang bernama asli Salim Bahreisy mengatakan tak perlu konsentrasi untuk
mencapai kekhusyu’an tetapi yang benar adalah dekonsentrasi.
Lebih lanjut menurut da’I lulusan IAIN
Syarif Hidayatullah jurusan Aqidah Filsafat ini menerangkan bahwa dekonsentrasi
itu bermakna berserah diri. Artinya dalam sholat seseorang harus memasrahkan
fisik dan hatinya kepada Sang Pencipta. Dalam sholat kita harus menihilkan apa
yang kita miliki (Zero Mind) bahwa
kita tidak punya keinginan apapun kecuali menyembah kepada Allah.
Dekonsentrasi seorang muslim yang sholat
biasanya juga memasrahkan gerakan tubuhnya. Pada saat kondisi pasrah maka darah mengalir dengan lancar dan otot serta
syaraf dapat rileks.
Abu Sangkan menjelaskan dekonsentrasi disebut juga ikhlas, dimana sholat berfungsi
sebagai proses relaksasi, ketika anggota tubuh dikendurkan sehingga muncul
sensasi ketenangan. Suasana dekonsentrasilah yang membuat ilham (insight) dan berbagai solusi persoalan
hidup menghampiri, sehingga sholat menjadi sarana problem solving.
Ketika dekonsentrasi hadir maka timbul rasa
tersambung (connecting) pada diri
orang yang tengah sholat terhadap Allah. Pada titik inilah benih-benih
kekhusyu’an mulai menyelimuti diri.
Jika rasa sambung ini sudah ada dalam diri
seseorang, maka dia akan merasa dingin dan tenang di hati. Kalbunya bergetar,
setelah itu air matanya akan mengalir tak terasa. Sensasi dalam suasana rasa
sambung inilah yang membuat sholat seseorang bias berjam-jam seperti yang
dilakukan Rasulullah dan para sahabat.
Tu'maninah kunci kekhusyuan
Kita kerap lupa dengan tuma’ninah,
akibatnya sholat kita bias secepat kilat. PAdahal keharusan mencapai tuma’ninah
adalah salah satu kunci menjaga sambungan yang telah kita buat dengan Allah.
”Adakah seorang kekasih yang ingin cepat berpisah dengan kekasih hatinya ?
tentulah tidak. Begitu pula dengan sholat. Alangkah ruginya kita tidak
memanfaatkan masa dimana Allah menyediakan waktu untuk kita dan Allah berduaan
namun kita terburu-buru pergi karena urusan dunia
Orang yang sholat dengan tenang dan rileks
akan menghasilkan energi tambahan dalam tubuhnya. Bacaan dan gerakan sholat
yang tuma’ninah mengandung efek terapetik, yakni menenangkan lahir dan batin
kita. Karenanya mulai sekarang mari kita perbaiki sholat kita untuk mencapai
hikmah terbesar dari sholat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar