Rabu, 26 Februari 2014

Menyambut Buah Hati Islami



Di antara keutamaan syari'at Islam ialah penjelasan hukum berkaitan dengan anak yang dilahirkan dan dasar yang berkaitan dengannya. Dengan demikian orang tua dapat melaksanakan kewajiban terhadap anak yang dilahirkan secara jelas. Alangkah layaknya bagi setiap orang yang bertanggung jawab terhadap masalah pendidikan  secara sempurna sesuai dengan prinsip-prinsip yang telah diletakkan oleh Islam. Sesungguhnya anak memiliki hak-hak yang harus diberikan orang tuanya sebagaimana orang tua mempunyai hak atas dirinya.

Mensyukuri Kehadiran Buah Hati


Kewajiban orang tua ketika diberi anugerah oleh Allah adalah bersyukur kepada pemberi nikmat dan ridha dengan apa yang telah diberikan kepadanya baik berupa anak laki-laki atau perempuan walaupun Allah memberinya tidak seperti yang diinginkan. Hal ini adalah hak Allah semata yang tak satu pun dari makhluk-Nya ikut  dalam proses penciptaan dan pembentukan janin dalam rahim ibunya. Allah berfirman dalam surat Al Hasyr 24 “Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.
Tidaklah sepantasnya bagi orang tua murka atau marah atau tidak puas disebabkan hanya karena kondisi anak tidak seperti yang mereka kehendaki. Rasulullah bersabda ”Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk, penampilan, dan harta kalian. Akan tetapi Alloh melihat hati dan amalan kalian.” (HR. Muslim 1987,2147).
Orang tua haruslah mengakui nasab anaknya dan tidak mengingkarinya walau kondisi anak tidak sesuai keinginan. Rasulullah telah bersabda  ”Suatu kekufuran bagi seseorang yang mengaku-aku satu nasab padahal dia tidak mengetahuinya atau mengingkari nasab walaupun sedikit (tidak nampak)” (HR. Ibnu Majah dalam Kitab Faraidh, dinyatakan hasan shahih oleh Syaikh al-Albani dalam Sunan Ibnu Majah 2744).

Mentahnik dan Mendoakan Keberkahan Bayi


Rasulullah memberikan petunjuk untuk  menyambut sang bayi adalah mentahnik dan mendo'akan keberkahan bagi sang bayi yang baru lahir. Dalam hadits yang diriwayatkan Ummul Mukminin Aisyah ra.ا, beliau mengatakan ”Suatu ketika dibawa kepada Rasulullah anak bayi yang baru lahir, maka Nabi mendo'akan keberkahan dan mentahniknya”(HR. Muslim  2147).

Menyusui


Allah memerintahkan kepada para ibu untuk menyusui anaknya hingga sempurna usia dua tahun. Allah berfirman : ”Para ibu hendaklah menyusui anaknya selama dua tahun penuh bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan.” (QS. Al-Baqarah : 233). Pemberian Asi berdasar uji medis jauh memberi kebaikan disamping susu buatan dan juga hubungan batin (psikologi) antara ibu dan anak akan semakin kuat. Apabila seorang ibu tidak dapat memberikan ASI pada anaknya karena suatu sebab maka dalam Islam diperbolehkan menyusukan anaknya pada  wanita yang shalihah selain ibunya. 

Memberi Nama Yang Baik


Kalau ditinjau dari segi psikologis, anak sangat dominan terpengaruh dengan nama dan panggilan yang disandangnya. Terkadang anak merasa rendah diri karena nama yang disandangnya tidak seindah nama teman-temannya atau maknanya kurang mengagumkan. Kadang sebaliknya anak bisa sombong disebabkan nama yang disandangnya yang maknanya mengandung tazkiyah (penyucian) pada dirinya. Karena itu orang tua wajib memberikan nama yang islami dan baik bagi anak-anaknya.

Aqiqah


Rasulullah mensunahkan pada orang tua  untuk mengaqiqahi anaknya sebagaimana sabda Beliau ”Bayi laki-laki hendaknya diaqiqahi dua ekor kambing sedangkan untuk bayi perempuan satu ekor kambing.” (HR. Ahmad 6/31, Tirmidzi 4/96/1513 dan dinyatakan shahih oleh Imam al-Albani)



Usia Muda Waktu Beramal Shalih




Sebagian orang mengatakan bahwa waktu  muda adalah untuk  hidup  berfoya-foya dan  masa    bersenang-senang. Guyonan sebagian pemuda ”Kecil  dimanja,  muda  foya-foya,  tua  kaya  raya,  dan  mati  masuk  surga” adalah hal yang tak mungkin karena bagaimana mungkin waktu  muda  foya-foya,  tanpa  amalan  sholeh,  lalu mati bisa masuk surga ?.
Rasulullah pernah menasehati seorang sahabat yang tatkala itu berusia muda yaitu Ibnu Umar ra. Beliau memegang pundaknya lalu bersabda, “Hiduplah engkau di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing atau pengembara” (HR. Bukhari no. 6416). Rasulullah memisalkan orang yang hidup di dunia ini dengan orang asing         (al ghorib) yang tidak memiliki tempat berbaring dan tempat tinggal. Lalu Beliau mengatakan  lebih   yaitu memisalkan dengan pengembara yang bermaksud menuju negeri yang jauh. Manusia  seperti  ini  tidaklah tinggal kecuali hanya sebentar sekali, sekejap mata.
Negeri asing dan tempat  pengembaraan yang  dimaksudkan disini ini adalah dunia dan negeri tujuannya ialah akhirat. Hadits ini  mengingatkan  kita dengan kematian sehingga kita jangan berpanjang angan. Hadits ini juga  mengingatkan kita  supaya  mempersiapkan diri untuk negeri akhirat dengan amal sholeh.
Dalam hadits lainnya, Rasulullah bersabda, ”Apa  peduliku  dengan  dunia?!  Tidaklah  aku  tinggal di dunia melainkan seperti musafir yang  berteduh di bawah pohon dan beristirahat, lalu  musafir itu meninggalkannya.” (HR. Tirmidzi no. 2551).

Manfaatkanlah Waktu Muda


Lakukanlah lima hal sebelum terwujud lima  hal lain. Dari Ibnu ‘Abbas, Rasulullah bersabda, ” Manfaatkan lima perkara sebelum lima perkara yaitu :  Waktu  mudamu  sebelum  datang  waktu  tuamu, waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu, Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, Hidupmu sebelum datang kematianmu.” (HR. Al Hakim dalam  Al  Mustadroknya).

Beramal Waktu Muda Akan Bermanfaat Waktu Tua


Dalam surat At Tiin,  Allah telah bersumpah  dengan tiga tempat diutusnya para Nabi ‘Ulul  Azmi  yaitu  Baitul Maqdis yang terdapat buah tin dan zaitun tempat diutusnya Nabi ‘Isa, Bukit Sinai tempat  Allah  berbicara  langsung  dengan Nabi Musa, Negeri Mekah, tempat diutus Rasulullah. ”Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya (QS.   At Tiin 4-6).
Masa tua adalah masa tidak semangat untuk beramal. Seseorang akan melewati masa kecil, masa muda, dan masa tua. Masa kecil dan masa tua adalah masa sulit untuk beramal, berbeda dengan masa muda.  Allah berfirman dalam surat Ar Ruum 54 : ”Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa”.
Dalam ayat ini, Allah menceritakan mengenai fase kehidupan, tahap demi tahap yang awalnya adalah dari tanah, lalu berpindah ke fase nutfah, beralih ke fase ‘alaqoh (segumpal darah), lalu  ke  fase  mudh-goh  (segumpal daging), lalu berubah menjadi tulang  yang  dibalut  daging.  Setelah  itu ditiupkanlah ruh, kemudian dia keluar dari perut ibunya dalam keadaan lemah, kecil dan tidak begitu kuat. Lalu berkembang perlahan hingga menjadi seorang anak lalu berkembang lagi  menjadi  seorang  pemuda,  remaja.  Inilah  fase  kekuatan  setelah  sebelumnya berada dalam keadaan lemah. Setelah itu, menginjak  fase  dewasa (30-50 tahun). Pada fase ini berkurang sifat lahiriyah maupun batin.



Sukses dan Bahagia dengan Kecerdasan Al Quran




Ahimsa Riyadi dalam bukunya ”Quarani Quotient for A Lasting Succes (Panduan Menggunakan Keerdasan Al Qur’an untuk Kesuksesan Dunia Akherat)”, mengupas 3 prinsip kesuksesan dunia akheratyaitu personal improvement, spiritual development, dan social empowerment. Ahimsa berpendapat bahwa keberhasilan seseorang dalam bidang apapun takkan pernah lepas dari tiga hal tersebut.


Pengembangan Diri


Ahimsa menjabarkan cara untuk membangun serta meningkatkan kualitas diri adalah dengan membaa Al Kitab. Al Kitab dalam hal ini bukan semata bermakna Al Qur’an tetapi semua yang tertulis, dapat dibaca dan dapat dilihat pada alam semesta maupun dalam diri manusia. Prestasi yang diapai bangsa Eropa dan Islam pada zaman Abbasiyah dan Umayyah karena kemauan mereka membaa dan memahami Al Kitab. Jadi Al KItab dalam pengertian lebih umum yaitu ayat-ayat Allah yang dipahami, dianalisis, dan dijadikan solusi bagi tiap permasalahan manusia. Allah berfirman dalam surat Faathir : 29 yang artinya "Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan salat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi.


Masuklah dari berbagai pintu


Islam mengajarkan dalam mengatasi masalah jangan hanya menghadapi dengan satu cara atau satu pintu saja. Artinya setelah menempuh satu ara dan tidak berhasil, maka jangan lalu berhenti berusaha dan enggan menari solusi lain tetapi justru harus terus menari ara dan solusi lain yang tepat. Allah berjanji dalam surat Alam Nasyrah : 5 yang artinya : Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.


Membaca Diri 


Bagi orang yang menghendaki keberhasilan maka kemampuan membaca diri mutlak diperlukan. Karena banyak orang tidak tahu potensi dan kemampuan dirinya yang ujungnya tidak bisa keluar dari masalah yang dihadapi. Kurangnya kepercayaan diri dapat menyebabkan ketidakmampuan membaca potensi diri.
Kapabilitas seseorang dalam membaa potensi, kapasitas dan kemampuan diri berperan penting saat seseorang ingin menetapkan visi atau impian yang hendak diraih di masa depan. 
Adapun tahap pembacaan diri terbagi 2 tahap:
1.  Membaca diri sebelum menetapkan target dan impian yang ingin diraih.
2.  Membaca diri ketika menjalani perjuangan menapai impian dan target tersebut.

Jangan Berputus Asa


Dalam proses meraih cita-cita tentu banyak aral melintangi langkah kita yang jangan sampai semua rintangan itu membuat kita berputus asa, berprasangka buruk ataupun menghilangkan kepercayaan kita kepada Allah. Apalagi sampai membuat kita menjadikan sesuatu selain Allah menjadi tempat memohon dan pengharapan.  

Pembangunan Spiritual


Dibutuhkan kematangan spiritual dan kedewasaan jiwa untuk tumbuh menjadi pribadi sukses lahir batin serta bahagia dunia dan akherat. Pembanunan spiritual bermakna mengembangkan jiwa menuju pribadi yang sempurna, otonom, dan tak terpengaruh apapun selain kehandak Allah. Mendirikan sholat menjadi cara untuk menjaga kesinambungan hubungan dengan Allah. Apabila kesinambungan itu terjaga, maka tidak ada alas an bagi manusia untuk takut pada kesulitan ataupun kegagalan. Kondisi ini otomatis akan menciptakan sikap optimis dan pantang menyerah seseorang.
Jiwa yang selalu diasah dengan sholat dan mengingat Allah akan membentuk benteng yang dapat menghalangi diri dari melakukan sesuatu yang dibenci Allah. ”Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku” (QS. Thaahaa  : 14).




Makin Unggul Berkat Muhasabah



Islam mengajarkan konsep quality control kehidupan yang paling dahsyat dan menyediakan alat pengukur tercanggih. Pelaksanaan quality control yang tekun akan menghasilkan pribadi muslim yang tanguh dengan kesuksesan sejati. Setiap akhir tahun kita harus melakukan evaluasi, membuat resolusi dan mengira setahun kedepan akan kita isi hanya dengan hal-hal positif.
Namun proses evaluasi mana yang lebih canggih daripada perintah Allah yang satu ini : Yang artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS.Al Hasyr : 18).
Allah tidak memerintahkan kita untuk mengevaluasi diri dan kehidupan kita untuk satu tahun kedepan, tetapi untuk sebuah kehidupan abadi yang baik buruknya ditentukan oleh baik buruknya kehidupan kita saat ini. Yang luar bisaa adalah kita tidak tahu kapan akan kita mulai kehidupan abadi itu ?.
Teori manajemen diri dan perusahaan mana yang mengajarkan evaluasi dan performance appraisal 5 kali sehari, sebagai alat quality control. Islam memberi kita konsep evaluasi diri dan quality control paling baik yang apabila dilaksanakan akan membentuk pribadi professional dan highly effective karena selalu menyesali semua kesalahan dan bergegas memberi yang terbaik dari dirinya.
Seorang muslim setiap waktu wajib untuk bertaubat dan bermuhasabah. Taubat ialah meninjau perbuatan dengan menyesalinya setelah dikerjakan. Allah berfirman ”Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari setan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya (QS. Al Araf : 201).



Hisab akan terasa ringan bagi orang yang menghisab diri mereka didunia, dan akan menjadi berat di akherat bagi orang yang mengambil perkara ini tanpa muhasabah. Allah berfirman yang artinya : ”Aku bersumpah dengan hari kiamat dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri)” (QS. Al Qiyamah 1-2).
Lalu mengapa orang yang berakal tidak mau  untuk menghisab dirinya sendiri menyangkut kesengsaraaan atau kebahagiaan selama-lamanya. Pengabaiak ini tak lain karena kelalaian, kehinaan dan sedikitnya taufik dari Allah.
Modal seorang hamba Allah dalam agamanya adalah berbagai kewajiban, keuntungannya adalah berbagai amal sunnah dan keutamaan, sedangkan kerugiannya adalah berbagai kemaksiatan. Jika ada amal yang ditunaikan kurang sempurna maka ia akan menutupinya dengan berbagai amalan sunnah, jika mekalukan maksiat maka ia sibuk memberi hukuman pada dirinnya. Hendaknya manusia menghisab dirinya sebelum Allah melakukannya di hari pembalasan nanti.




Bacaan Bermutu Untuk Kuatkan Aqidah Anak



Entertainment and enjoyment (hiburan dan kegembiraan) merupakan bagian dari bacaan bermutu bagi anak tetapi terutama bacaan yang dapat membangun aqidah yang kuat pada anak.
Allah Yang Maha Pengasih telah berfirman : Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu. (Al Baqoroh : 208). Allah lebih tegas lagi mengingatkan kita, ” Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam” (Al Imron : 102).
 Prinsip beribadah dalam menjaga hidup secara islami adalah hal yang harus kita ajarkan dan bisaakan untuk menjadi generasi Qurani. Cara paling efektif untuk mengokohkan aqidah dan membisaakan ibadah tanpa merasa terpaksa pada anak yaitu lewat membaca dan mendengar cerita. 
Lalai untuk mendidik anak secara islami akan menjadi bencana di dunia dan akherat bagi anak maupun orang tua. Rasulullah bersabda : ”Tiap bayi dilahirkan dalam keadaan suci (fitrah-Islami). Ayah dan ibunya lah kelak yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi (penyembah api dan berhala)”. (HR. Bukhari). Orang tualah yang bertanggung jawab mendidik anaknya sehingga keluarganya kelak berkumpul di surga.  


Sederhana dan Indah


”Kami menceriterakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al Qur'an ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum (Kami mewahyukan) nya adalah termasuk orang-orang yang belum mengetahui” (QS. Yusuf : 3).
Zaman semakin modern dimana arus informasi yang tak terbendung lagi menciptakan banyak pengaruh buruk dan hal-hal yang tidak islami. Maka orang tua, guru dan pendidik harus pandai dan selektif memilih dan menyampaikan informasi secara Islami kepada anak-anak. Bacaan dan informasi yang sederhana dan indah itu  harus dibalut oleh nilai norma islami yang bersumber pada Al Quran dan Sunnah Rasulullah. 

Buku Islami


Buku cerita dapat dikatakan Islami jika dapat disamakan dengan rumah yang memberikan  keteduhan karena dibangun oleh pondasi tauhid atau aqidah, bertiangkan ibadah atau syariah serta beratapkan akhlaq. Untuk memperkokoh aqidah anak maka arilah buku yang berisi cerita-cerita yang bersumber dari Al Quran. Tujuan utamanya untuk menampakkan kepada anak akan adanya Murraqabatullah (pengawasan Allah) dan Ma’iyatullah (keikutsertaan) Allah Ta’ala. Seperti firman Allah ”Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya”(QS. Qaaf : 16) 

Kehausan dan Kasih Sayang


Bercerita merupakan kegiatan menyenangkan yang tujuannya memenuhi kebutuhan informasi, kehausan dan keingintahuan anak, menghibur, memperluas wawasan, mengembangkan imajinasi, memberi pengalaman emosional mendalam serta menanamkan pendidikan moral tanpa menggurui.
Kenyataannya Al Quran sendiri menggunakan metode bercerita. Kita makin yakin bahwa bercerita dapat menjadi sarana pembentukan  konsep diri muslim pada anak sedini mungkin. Berbagai cerita ini akan menambah cinta anak-anak kepada Allah dan Rasulullah serta Al Quran.
Nikmat dan Tentram


Kegiatan bererita adalah satu dari jutaan nikmat yang Allah berikan karena dalam bererita ada nikmat silaturahim karena akan bertemunya pencerita dengan pendengar dalam suasana kasih sayang. Metode bercerita ini tak hanya membuat kita dan anak berpikir tetapi bahkan menjadi kenikmatan peneguh dan penentram hati. Seperti firman Allah ”Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman” (QS. Hud 120).





MENUJU QURANIC PARENTING




Manusia seperti kita di era modernisasi ini dikepung oleh banyak pintu menuju surga dan lebih tak terhitung lagi pintu menuju neraka. Salah satu pintu yang terpenting adalah anak-anak yang Allah amanahkan kepada kita.
Seperti apakah sebenarnya ”anak shalih ?”. Dalam sebuah hadist Rasulullah bersabda bahwa ketika seorang mukmin meninggal dunia, maka terputuslah amal shalih yang memberinya pahala keuali tiga hal yaitu : sedekah jariyah, anak shalih yang mendoakan, dan ilmu yang bermanfaat. Apakah kita telah memiliki ketiga investasi besar dalam hidup kita itu ????
Anak shalih adalah muslim yang aqidahnya salim (lurus dan selamat), ibadahnya shahih (berdasar tuntunan yang benar), ilmunya kamil (sempurna), amalan, jasmani serta emosinya baik. Seorang anak akan jadi catatan baik atau buruk bagi pengadilan Allah, sehingga Allah ridha dan berkenan memasukkan ke surga atau melaknat masuk ke neraka.
Mengingat pentingnya hal tersebut maka pola pengasuhan dan pendidikan dari orang tua perlu menyentuh aspek ruhiyah, jasadiyah, syu-uriyah (emosi), dan aqliyah (kecerdasan akal). Hal ini tentunya mengau pada ara-ara pendidikan di zaman Rasulullah dan para sahabat serta para tabiin yang bersumber dari Al Quran dan Sunnah Rasulullah Shalluallahu ‘alayhi wa Sallam.
Merekalah teladan bagi orang tua muslim dalam mendidik anak karena selalu menyandarkan semua kativitas pendidikan dan kehidupan kepada Al Quran dan Sunnah Rasulullah, yang tak akan lekang oleh zaman baik semodern apapun.

Pembinaan Ruhiyah


Langkah awal sebelum mendidik, tentu saja orang tua harus lebih dahulu belajar tentang aqidah yang benar yaitu iman kepada Allah sebagai Pencipta dan Penguasa alam semesta. Iman kepada Allah sebagai satu-satunya yang disembah, dan iman kepada nama dan sifat Allah. 
Langkah berikut yaitu menanamkan kepada anak rukun islam dan rukun iman yang diikuti latihan beribadah praktis seperti wudhu dan sholat, serta doa-doa pendek sebelum memulai membaca, menghafal dan memahami Al Quran.

Pembangunan Jasad


Rasulullah menyampaikan pada kita bahwa Allah lebih menyukai muslim yang kuat daripada muslim yang lemah. Dalam hal ini orang tua membentuk jasad anak dengan memberi asupan makanan yang halal dan baik.

Pembinaan Emosi


Allah menciptakan manusia dengan emosi dan perasaan sebagai perlengkapan lahir dan batin yang sempurna. Allah menciptakan wanita dengan kekayaan emosi sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi baik sebagai istri dan ibu yang disukai Allah Ta’ala. Kaum lelaki diiptakan dengan tugasnya melindungi wanita dan anak-anak.

Pembangunan Kecerdasan


Umat Islam membutuhkan muslim  cerdas yang ditandai dengan ketaat dan kedekatannya kepada Allah. Manusia yang senang belajar dan merenungkan penciptaan dirinya dan seluruh alam semesta ini serta yang pandai bersyukur dan memanfaatkan hidupnya untuk persiapan kematiannya. 




EFEK PENGOBATAN DALAM SHOLAT



Banyak hikmah yang didapat dari sholat termasuk terpeliharanya kesehatan. Setap gerakan dalam sholat merupakan terapi yang sangat bermanfaat bagi tubuh manusia.
Prof. Dr. Hembing Wijayakusuma dalam bukunya Hikmah Sholat untuk Kesehatan dan Pengobatan bahwa gerakan dalam sholat merupakan cara untuk memperoleh kesehatan dalam arti seluas-luasnya.
Dalam sholat banyak sekali titik akupuntur di tubuh manusia yang mendapat stimulasi serta tekanan sehingga dapat memperlancar peredaran darah, mencegah timbulnya penyakit bahkan menjadi obat bagi organ tubuh yang telah terserang oleh penyakit.


Pada saat berdiri


Pada saat kita berdiri tegak, seluruh syaraf menjadi satu titik yang berpusat pada otak. Posisi ini me-redistribusi beban tubuh sama rata pada kedua kaki sehingga tubuh merasa terbebas dari beban berat. Posisi punggung yang lurus dapat memperbaiki postur tubuh.
Posisi tanagn setelah takbir dan kedua tangan dilipat untuk diletakkan diatas pusar dari segi kesehatan merupakan sikap istirahat yang baik. Sendi siku dan pergelangan tangan akan beristirahat dan memudahkan relaksasi. Aliran darah kembali ke jantung, serta produksi getah bening dan jaringan yang berkumpul dalam kantong-kantong kedua persendian itu jadi lebih baik sehingga terhindar dari penyakit sendi.    

Ruku'


Saat ruku dengan meluruskan punggung sejajar dengan kepala 90° maka otot punggung terrenggang baik sehingga terhindar dari penyakit yang menyerang tulang belakang dari leher hingga pinggul. Posisi ini juga mencegah penyempitan dan pengapuran tulang serta menyembuhkan scoliose (pembengkakan tulang punggung).
Di bagian belakang punggung terdapat banyak syaraf yang mengontrol kerja organ dalam tubuh. Gerakan ruku’ merangsang titik-titik akupuntur yang berhubungan dengan organ-organ seperti limpa, paru-paru, jantung dan lambung.


Sujud


Aliran darah akan berbalik dan membawa oksigen yang dibutuhkan jaringan otak. Pada saat oksigen terpenuhi maka kesegaran akan tercapai. Posisi sujud juga membantu kerja jantung, menghindarkan mengerutnya dinding pembuluh darah yang dapat mencegah stroke dan rusaknya jaringan otak sehingga mencegah kepikunan. Efek dari posisi sujud ini adalah juga :
·   Mencegah perbesaran perut di bagian tengah.
·   Menambah aliran darah kebagian atas tubuh.
·   Membersihkan toksin (racun), mengurangi tekanan darah tinggi (hipertensi).
·   Pada posisi ini semua otot berkontraksi pembuluh darah arteri, vena serta urat-urat getah bening akan terpijit dan terurut sehingga peredaran darah dan limfa lancar.
·   Menghilangkan egoisme dan kesombongan karena gerakan ini menunjukkan ketundukan dan kerendahan hati pada Sang Pencipta.


Duduk diantara dua sujud


Pada posisi duduk diantara dua sujud ini dapat menyembuhkan berbagai penyakit pada daerah anus. Secara khusus efek terapetik dapat dirasakan pria berusia 40-an yang menderita pembengkakan kelenjar kelamin sehingga sulit buangair kecil.
Gerakan ini juga akan mengurangi efek racun pada hati dan merangsang gerakan peristaltic (meremas) usus besar. Posisi ini juga dapat menghindarkan atau menyembuhkan penyakit syaraf pangkal paha (neuralgia).


Salam


Saat mengucapkan salam, otot bagian leher digerakkan. Pada bagian ini titik akupuntur ini yang apabila dirangsang dengan efektif akan menyembuhkan dan mencegah penyakit di bagian leher, amandel, tenggorokan, pendengaran, hipertensi, asma dan batuk.
Dalam ruas-ruas leher, terdapat syaraf-syaraf yang menghubungkan otak dengan seluruh bagian tubuh sehingga sirkulasi darah akan berjalan dengan lancar. 




KETIKA KHUSYU' MENYAPA




Sholat yang khusyu’ adalah sholat yang diterima Alalh dan didabakan mereka yang menegakkannya. Ada sebagian dari kita mengatakan bahwa agaknya mustahil mencapai kekhusyuan yang sempurna.
Firman Allah dalam Surat Al Mu’minun 1-2 :
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam salatnya”.


Dekonsentrasi, bukan konsentrasi


Sholat khusyu adalah media menggapai ampunan Allah. Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata : Suatu hari Rasulullah saw. mengimami salat kami. Usai salat beliau bersabda: Hai fulan, mengapa engkau tidak membaguskan salatmu? Tidakkah orang yang salat merenungkan bagaimana salatnya? Sesungguhnya ia salat untuk dirinya sendiri. Demi Allah, sungguh aku dapat melihat belakangku, sebagaimana aku melihat depanku. (Shahih Muslim No.642)
Selama ini para ustadz, da’i dan mubaligh menawarkan cara khusyu’ dengan upaya konsentrasi (pemusatan pikiran pada satu titik). Niasanya meski sudah mencapai konsentrasi ditengah-tengah sholat pikiran dan hati kita kembali melayang memikirkan perkara-perkara yang menjadi beban.
Kebalikan dari pendapat umum, Abu Sangkan yang bernama asli Salim Bahreisy mengatakan tak perlu konsentrasi untuk mencapai kekhusyu’an tetapi yang benar adalah dekonsentrasi.
Lebih lanjut menurut da’I lulusan IAIN Syarif Hidayatullah jurusan Aqidah Filsafat ini menerangkan bahwa dekonsentrasi itu bermakna berserah diri. Artinya dalam sholat seseorang harus memasrahkan fisik dan hatinya kepada Sang Pencipta. Dalam sholat kita harus menihilkan apa yang kita miliki (Zero Mind) bahwa kita tidak punya keinginan apapun kecuali menyembah kepada Allah.



Dekonsentrasi seorang muslim yang sholat biasanya juga memasrahkan gerakan tubuhnya. Pada saat kondisi pasrah maka  darah mengalir dengan lancar dan otot serta syaraf dapat rileks.
Abu Sangkan menjelaskan dekonsentrasi  disebut juga ikhlas, dimana sholat berfungsi sebagai proses relaksasi, ketika anggota tubuh dikendurkan sehingga muncul sensasi ketenangan. Suasana dekonsentrasilah yang membuat ilham (insight) dan berbagai solusi persoalan hidup menghampiri, sehingga sholat menjadi sarana problem solving.
Ketika dekonsentrasi hadir maka timbul rasa tersambung (connecting) pada diri orang yang tengah sholat terhadap Allah. Pada titik inilah benih-benih kekhusyu’an mulai menyelimuti diri.
Jika rasa sambung ini sudah ada dalam diri seseorang, maka dia akan merasa dingin dan tenang di hati. Kalbunya bergetar, setelah itu air matanya akan mengalir tak terasa. Sensasi dalam suasana rasa sambung inilah yang membuat sholat seseorang bias berjam-jam seperti yang dilakukan Rasulullah dan para sahabat.


Tu'maninah kunci kekhusyuan


Kita kerap lupa dengan tuma’ninah, akibatnya sholat kita bias secepat kilat. PAdahal keharusan mencapai tuma’ninah adalah salah satu kunci menjaga sambungan yang telah kita buat dengan Allah. ”Adakah seorang kekasih yang ingin cepat berpisah dengan kekasih hatinya ? tentulah tidak. Begitu pula dengan sholat. Alangkah ruginya kita tidak memanfaatkan masa dimana Allah menyediakan waktu untuk kita dan Allah berduaan namun kita terburu-buru pergi karena urusan dunia   
Orang yang sholat dengan tenang dan rileks akan menghasilkan energi tambahan dalam tubuhnya. Bacaan dan gerakan sholat yang tuma’ninah mengandung efek terapetik, yakni menenangkan lahir dan batin kita. Karenanya mulai sekarang mari kita perbaiki sholat kita untuk mencapai hikmah terbesar dari sholat.