Rabu, 10 Desember 2014

Bagaiman Kita Beramal ?


Kita menjadi muslim sudah lama, Alhamdulillah. Tentunya amal-amalan ibadah di dalam dienul Islam telah banyak yang kita lakukan. Shalat, baik yang wajib maupun sunnah, shaum, zakat, infak, berdoa, dan masih banyak lagi amal yang telah kita laksanakan. Pernakah kita renungi bagaimana kedudukan amal kita disisi Allah ?
Ada orang yang beribadah sebaik-baiknya. Ada juga yang sangat giat ibadahnya sampai setiap waktunya digunakan beribadah kepada Allah, bahkan istri dan anaknya hampir tidak diurusinya. Namun ada juga yang tidak peduli dengan ibadahnya, kalau ia sedang ingin beribadah, beribadah;kalo sedang malas, maka ia meningglkannya, walaupun itu ibadah wajib. Ada juga yang berprinsip asal gugur kewajiban. Ada juga yang beribadah hanya berdasarkan adat istiadat setempat. Kita termasuk yang mana ?
Allah berfirman : ”Katakanlah: Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.” (Al Kahfi : 103-104). Ketahuilah, bahwa agar amal ibadah yang kita lakukan diterima di sisi Allah, disyaratkan bahwa ibadah itu harus benar. Dan ibadah itu tidak dikatakan benar kecuali dengan dua syarat, yaitu  :
  • Sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam (mutaba’ah).
  • Ikhlas karena Allah semata, bebas dari syirik besar maupun kecil.


Syarat pertama adalah konsekuensi dari syahadat Laa ilaaha illallah, karena ia mengharuskan ikhlas beribadah hanya untuk Allah dan jauh dari syirik kepadaNya.  Adapaun syarat kedua adalah konsekuensi dari syahadat Muhammad Rasulullah, karena ia menuntut wajibnya taat kepada Rasulullah, mengikuti syariatnya dan meninggalkan bid’ah. Ikhlas tapi tidak sesuai contoh Rasulullah, maka tertolak. Begitu juga sebaliknya; sesuai contoh Rasulullah tapi tidak ikhlas, maka yang demikian sia-sia.
Ikhlas karena Allah semata, bebas dari syirik besar maupun kecil. Ikhlas artinya memurnikan tujuan bertaqarrub kepada Allah dari hal-hal yang mengotorinya. Arti lainnya; menjadikan Allah sebagai satu-satunya tujuan dalam segala bentuk ketaatan. atau; mengabaikan pandangan makhluk dengan cara selalu berkonsentrasi kepada Khaliq. Ikhlas ini sangat berat sekali. Hingga sebagian ulama berkata: “Ikhlas sesaat berarti keselamatan abadi. Tetapi ikhlas itu sulit sekali.”
Kita diperintah untuk mengikuti Rasulullah sebagaimana firman Allah (yang artinya) : “Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya. (QS. Al-Hasyr : 7). Buku : Kesempurnaan Islam dan Bahaya Bid’ah, Syaikh Utsaimin menjelaskan bahwa mutaba’ah (mengikuti Rasulullah) tidak akan tercapai kecuali apabila amal yang dikerjakan sesuai dengan syariat dalam enam perkara :


Sebab 
Jika seseorang beribadah karena Allah dengan sebab yang tidak disyariatkan maka ibadah tersebut adalah bid'ah dan tidak diterima. 
Jenis 
Artinya: Ibadah harus sesuai dengan syariat dalam jenisnya. Jika tidak, maka tidak diterima.
Kadar / Bilangan
Kalau ada seseorang yang menambah bilangan rokaat suatu sholat, yang menurutnya hal itu diperintahkan, maka sholat itu adalah bid'ah dan tidak diterima.
Kaifiyah / Cara
Seandainya ada orang yang sholat sujud dulu baru ruku' maka ini tidak syah karena tidak sesuai dengan cara yang ditentukan syariat. 
Waktu
Aabila ada seseorang menyembelih binatang kurban di hari pertama Dzulhijah maka tidak sah karena waktu pelaksanaannya tidak menurut ajaran Islam
Tempat
Beritikaf di tempat selain masjid, makatidak sah itikafnya sebab tempat itikaf hanyalah masjid






Tidak ada komentar:

Posting Komentar